Selasa, 06 Oktober 2020

Pengendalian Penyakit Blast Pada Budidaya Padi

A.     PENDAHULUAN

Semula penyakit Blast dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo, tetapi sejak akhir tahun 1980-an, penyakit ini juga sudah terdapat pada padi sawah beririgasi. Penyakit yang mampu menurunkan hasil yang sangat besar ini disebabkan oleh Jamur Pyricularia grisea. Penyakit Blast menimbulkan dua gejala khas yaitu blast daun dan blast leher. Gejala serangan pada daun yaitu terdapat bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat lebar ditengah dan meruncing pada ujungnya, ditengahnya/pusat bercak berwarna putih abu-abu. Sedangkan gejala serangan Blast pada leher yaitu berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah.

Konidia dihasilkan setelah 6 hari infeksi. Spora dilepaskan pada pagi hari pukul   02.00 – 06.00. Cendawan mampu bertahan hingga 3 tahun pada jerami sehat.  Keberadaannya sangat tergantung jarak tanam, cuaca lembab dan dosis pupuk N.  Kemampuan patogen membentuk strain sangat cepat menyebabkan pengendalian penyakit ini sangat cepat, terlebih penyebarannya dibantu oleh angin dan hujan.

 

B.     PENGENDALIAN PENYAKIT BLAST

Pengendalian penyakit Blast berpedoman pada sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu suatu usaha menurunkan populasi hama sampai pada batas yang tidak merugikan secara ekonomi dengan mengkombinasikan penggunaan berbagai cara pengendalian yang saling menunjang, memberikan keuntungan ekonomi maksimal serta aman terhadap manuasia dan lingkungan.

Alternatif cara pengendaliannya meliputi:

1)      Budidaya/kultur teknis:

a)      Tanam serentak;

b)     Gilir varietas/tanam untuk memutus siklus hidup patogen;

c)      Varietas tahan blas: Varietas Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur.

2)     Fisik mekanis: 

a)      Pemusnahan jerami untuk menghilangkan sumber inokulum penyakit;

b)     Gunakan pupuk N dengan dosis sesuai anjuran;

c)      Tanam tepat waktu sehingga pada awal pembungaan terhindar dari banyak embun dan hujan yang terus menerus;

d)       Seed treatment (perlakuan benih).

3)     Pengendalian secara kimiawi

Aplikasi insektisida harus dengan bijaksana terutama tingkat serangan sudah mencapai ambang batas ekonomi. Jika serangan pada tanaman ≥ 10%, gunakan fungisida berbahan aktif metil, tiofamat (Topsin) atau fosdifen/kasugamisin   (Kasumiron, Kasumin) atau  mankozeb (Delsene Mx, Dithane,  Manzate, Bion-M), Difenokonazol (score), Fujiwan.

 

C.      REKOMENDASI

Dengan adanya referensi diatas maka tindakan pengendalian jika serangan masih rendah dengan penggunaan pupuk N yang sesuai anjuran, gunakan pupuk berimbang NPK. Pada curah hujan tinggi pemupuka N dikurangi karena air hujan sudah mengandung N. Pada serangan penyakit blast yang lebih tinggi (alternatif terakhir) dengan menggunakan pestisida sesuai rekomendasi.

 


Disusun dari berbagai sumber oleh:

Kelik DS.

PPL BPP Banyuurip