Jumat, 28 Mei 2021

BERHASIL ATASI LALAT BUAH DENGAN PERANGKAP SEDERHANA, PETANI CABAI DI WANGUNREJO AKHIRNYA TERSENYUM

 

Cabai merupakan salah satu komoditas tanaman primadona bagi petani. Harga cabai yang sering melambung tinggi serta mudah dalam penjualannya menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak petani yang berlomba-lomba membudidayakan tanaman hortikultura ini. Namun membudidayakan tanaman cabai tidaklah semudah kedengarannya, seringkali petani cabai mengalami kegagalan dalam membudidayakannya dan tidak mampu menyelesaikan siklus hidup tanaman cabai. Salah satu masalah yang menjadi penghambat kesuksesan budidaya cabai adalah hama dan penyakit yang selalu datang menyerang. Salah satu hama yang cukup sering menyebabkan kegagalan dalam budidaya cabai adalah lalat buah.

Salah satu petani cabai di Desa Wangunrejo Kecamatan Banyuurip, Sudrajad (31 tahun) juga mengalami hal yang sama. Tanaman cabai miliknya sejumlah 10.000 pohon banyak yang terserang hama lalat buah (Drosphila melanogaster). Tentu saja hal ini meresahkan bagi petani tersebut, karena bisa menurunkan produksi panen nantinya.

Drosophila melanogaster atau yang lebih dikenal lalat buah ini memiliki siklus hidup yang relatif singkat. Namun dengan siklus hidup yang hanya dua minggu saja bisa mengakibatkan kerugian dan kegagalan panen bagi para petani cabai. Lalat buah dewasa akan meletakkan telurnya di dalam buah. Pada waktu menetas, larva akan memakan daging buah sehingga buah cabai akan rusak dan gugur sebelum waktu panen.

Serangan hama lalat buah bisa terlihat langsung oleh mata telanjang. Gejala serangan ditandai dengan: 1) lalat buah akan terlihat di buah cabai yang masih muda; 2) tangkai buah cabai akan menguning dan buah berguguran; 3) jika telur lalat buah diletakkan di ujung buah maka buah cabai akan terlihat menguning dan busuk serta sedikit basah; 4) pada buah cabai yang terserang hama lalat buah akan terdapat titik hitam bekas tusukan lalat buah untuk meletakkan telurnya; 5) dan jika buah dibelah akan terlihat larva lalat seperti ulat berwarna putih.

Jika tanda-tanda serangan lalat buah sudah mulai terlihat segera lakukan pengendalian hama lalat buah. Adapun cara pengendalian hama lalat buah pada tanaman cabai adalah sebagai berikut: 1) lakukan sanitasi lahan dengan mengumpulkan dan membakar buah yang busuk akibat larva lalat buah, hal ini penting karena larva yang ada di buah akan berubah menjadi pupa yang pada akhirnya akan menjadi lalat buah yang baru; 2) jangan menanam cabai di lahan bekas tanaman inang seperti timun, gambas dan pare.

Cara mengatasi lalat buah pada tanaman cabai yang telah dipraktikkan oleh Sudrajad adalah dengan menggunakan perangkap antraktan methyl eugenol lalat buah, yaitu perangkap lalat buah yang diberi pemikat berupa methyl eugenol. Hal ini ternyata cukup ampuh untuk mengatasi serangan lalat buah pada tanaman cabai miliknya. Caranya pun sederhana, mudah dan biaya murah.

 

 

 

 

Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat perangkap sederhana ini adalah botol air mineral bekas, kawat, kapas, tali rafia, methyl eugenol dan air. Seperti terlihat pada gambar diatas, alat dan bahan dirangkai kemudian botol air mineral dilubangi agar lalat buah bisa masuk ke dalam perangkap. Setelah itu teteskan methyl eugenol pada kapas yang digantung. Jangan lupa bagian bawah botol mineral diisi air dengan ketinggian seperempat botol. Perangkap siap digantungkan di sekitar tanaman cabai.

Setelah menggunakan perangkap sederhana ini, terlihat banyak sekali lalat buah yang masuk perangkap. Penggunaan perangkap ini cukup efektif, terbukti dengan jumlah buah yang busuk berkurang dan cabai yang rontok juga berkurang. Sudrajat sudah mempraktikan cara sederhana ini berkali-kali dan terbukti efektif untuk pengendalian dan dia bisa tersenyum dengan hasil panen yang melimpah.

Hal lain yang tak kalah penting untuk pengendalian lalat buah adalah dengan memetik buah cabai yang terserang dan musnahkan dengan cara dibakar atau dikubur, hal ini untuk mencegah berkembangnya ulat yang terdapat dalam buah cabai yang terserang. Selain itu gunakan buah-buahan seperti nangka, timun yang aromanya disenangi lalat buah, campur dengan insektisida bahan aktif metomil; dan semprot tanaman cabe menggunakan pestisida insektisida berbahan aktif deltametrin, dimehipo, kartophidroklorida, klorpirifos, metomil, profenofos, atau sipermetrin. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat embun masih menempel di dedauanan.

Menurut Sudrajat, perawatan tanaman cabai memang lebih ekstra, tetapi sebanding hasil dan harganya. Oleh karena itu harapannya akan lebih banyak muncul petani-petani cabai di Desa Wangunrejo Kecamatan Banyuurip yang mau menanam tanaman cabai.

 

Disusun oleh: Noormia Satyapeni, SP.

PPL BPP Banyuurip