Kamis, 23 Januari 2020

KEBUTUHAN UNSUR HARA JAGUNG HIBRIDA


 (Seri Budidaya Jagung)

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan populer di Indonesia. Budidaya tanaman jagung tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di beberapa daerah jagung menjadi komoditas bahan pangan utama bagi masyarakat. Peningkatan produktivitas jagung terus diupayakan  dalam rangka mendukung program swasembada jagung nasional. 

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman, Hal ini perlu menjadi perhatian, karena penggunaan pupuk selama ini dirasa masih dilakukan secara berlebihan. Selama ini dosis pemupukan di tingkat petani secara umum dilakukan sesuai jumlah benih yang digunakan, bukan disesuaikan dengan kebutuhan hara lahan pertanian secara rasional.

Untuk mengetahui kebutuhan hara secara rasional, perlu memperhatikan beberapahal, antara lain:

  • Mengetahui hara yang tersedia didalam tanah.
  • Merecanakan penggunaan hara khususnya N, P dan K untuk meminimalkan kendala hara dalam upaya memaksimalkan hasil.
  • Memberikan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang.
  • Menghindari kelebihan penggunaan hara oleh tanaman.
  • Menghindari dampak pemupukan pada penurunan kesuburan tanah.

Pupuk makro dengan unsur utama N, P dan K memiliki peran utama dalam ketersediaan hara tanaman. Manfaat unsure ini bagi tanaman adalah:

  • Unsur N, untuk memicu pertumbuhan tanaman, membuat tanaman lebih hijau sehingga proses fotosintesis menjadi lebih maksimal serta membuat kandungan protein hasil panen menjadi lebih tinggi.
  • Unsur P, memicu pertumbuhan akar, mempercepat pembentukan bunga serta pemasakan buah dan biji, meningkatkan komponen hasil panen dan meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan bila hasil tanaman akan digunakan dalam kegiatan budidaya selanjutnya.
  • Unsur K, membuat tanaman menjadi lebih tegak dan kokoh, meningkat kan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan cekaman kekeringan, meningkatkan pembentukan gula dan pati sehingga hasil panen lebih tahan selama masa pengangkutan dan penyimpanan.

Pemupukan jagung dapat dilakukan dalam beberapa tahap sesuai kebutuhan tanaman pada tiap umur tanaman.
 
  • Pemupukan dasar

Pada tahap ini pupuk yang digunakan adalah pupuk organic atau kompos 10 – 20 ton/ha.Pemberian pupuk dilakukan pada saat pengolahan lahan, sehingga pupuk yang diberikan dapat bercampur merata dan larut kedalam tanah. Bila tanah terlalu asam dapat ditambahkan kapur pertanian sesuai kebutuhan, atau bila terlalu basa dapat ditambahkan belerang kelahan. Tujuan pemupukan dasar adalah menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan awal benih jagung, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menetralkan kadar keasaman tanah.

  • Pemupukan susulan pertama

Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman jagung mencapai 15 HST, dengan perincian Urea 50 kg/ha, SP-36 8 kg/ha dan KCl 40 kg/ha. Pemupukan pertama bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman jagung serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.

  • Pemupukan susulan kedua

Pemupukan kedua dilakukan pada 30 HST, untuk mendukung pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Pupuk yang digunakan adalah Urea 75 kg/ha, SP-36 15 kg/ha dan KCl 60 kg/ha.

  • Pemupukan susulan ketiga

Pemupukan dilakukan pada saat tanaman mencapai 45 HST, pupuk yang digunakan adalah Urea 25 kg/ha, SP-36 25 kg/ha dan KCl 68 kg/ha. Pada tahap ini pemupukan ditujukan untuk pembentukan biji jagung sehingga dosis P ditingkatkan dan mengurangi unsur N agar tanaman tidak rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

Selain pemupukan yang tepat, tanaman jagung juga perlu mendapat pengairan secara berkala untuk menjaga kebutuhan tanaman dan kelembaban udara. Penyiangan gulma dilakukan sebelum kegiatan pemupukan agar pupuk yang diaplikasikan lebih efektif terserap oleh tanaman jagung. Sedangkan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan proses pemupukan susulan kedua.


Disusun dari berbagai sumber
Oleh:
Kelik D. Setyawan
PPL BPP Banyuurip

Selasa, 07 Januari 2020

MENANAM JAGUNG TANPA OLAH TANAH


(Seri Budidaya Jagung)

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan penting bagi pertanian Indonesia, bahkan di beberapa wilayah jagung merupakan bahan pangan utama disamping padi. Upaya peningkatan produktivitas jagung niscaya dilakukan untuk mengisi celah pasar yang hingga saat ini masih terbuka lebar dan diisi oleh komoditas impor.
Ada beberapa metode menanam jagung yang digunakan petani, yaitu dengan olah tanah secara keseluruhan, olah tanah pada bagian yang akan ditanami, ada juga yang menanam jagung tanpa diolah yaitu hanya dengan dengan cara menugal atau ponjo (jawa), salah satu metode yang banyak dilakukan oleh petani yaitu metode menanam jagung Tanpa Olah Tanah (TOT).
Seperti namanya, metode TOT’, dengan cara ini kita tidak perlu melakukan pengolahan tanah seperti membajak atau pembalikan tanah, penggemburan tanah terlebih dahulu, kita hanya perlu malakukan penugalan lubang tanam saja. Metode tanpa olah tanah tidak bisa dilakukan di semua jenis tanah. Metode TOT bisa dilaksanakan di lahan sawah setelah musim tanam kedua. Penerapan metode ini di lahan sawah sangat bagus karena jerami padi bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanaman jagung.


 Tanam jagung Tanpa Olah Tanah mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
  1.      Menyingkat waktu tanam karena tidak perlu mengolah tanah;
  2.      Menghemat tenaga dan biaya;
  3.      Menghindari kerusakan tanah karena tanah yang terlalu sering diolah akan menjadi padat;
  4.      Mengurangi erosi lapisan hara tanah karena pengolahan tanah.

 Sedangkan kekurangan metode Tanpa Olah Tanah yaitu:
  1.      Lahan apabila banyak gulma bisa cepat tumbuh yang dapat mengganggu tanaman jagung;
  2.      Masih banyak hama yang tersembunyi di dalam tanah karena tanah tidak di balik.

 Persiapan tanam jagung:
  1.      Penyemprotan gulma dengan herbisida sistemik;
  2.      Setelah penyemprotan herbisida, ditunggu 7 hari sampai gulma benar – benar mati;
  3.      Pengairan lahan sawah sampai air tergenang;
  4.      Penanaman benih jagung dengan jarak tanam 20 cm di dalam barisan dan 70 cm antar barisan;
  5.      Pemberian pupuk dasar 150 kg Urea dan 150 kg NPK bersamaan tanam benih jagung;
  6.      Pemberian pupuk susulan 1 umur tanaman 30 HST;
  7.      Pembumbunan tanaman dilakukan setelah tanaman 7 HST;
  8.      Pengairan dilaksanakan setiap 10 hari sampai jagung menjelang panen;
  9.      Panen dan paska panen dilakukan setelah kelobot jagung kering;
  10.  Dipanen kemudian penjemuran sampai kering setelah itu pemipilan dengan thresher.

Disusun dari berbagai sumber oleh:
TEGUH
PPL BPP Banyuurip 

Penyunting:
KELIK DS.
PPL BPP Banyuurip