Jagung merupakan
komoditas tanaman pangan yang banyak diusahakan petani karena merupakan bahan
pangan pokok kedua setelah beras. Pemanfaatan jagung selain sebagai bahan pangan pengganti beras
juga dapat digunakan untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Penggunaan jagung
sebagai bahan baku industri pertanian lebih luas dari beras. Hampir semua
bagian tanaman jagung mempunyai kegunaan. Batang dan daun jagung dapat
digunakan untuk kertas dan papan dinding. Tongkol dapat digunakan untuk bahan
bakar, silosa dan furfural. Sedangkan
biji jagung dapat diolah menjadi tepung dan pati jagung. Selanjutnya pati
jagung dapat diolah
lebih lanjut menjadi dekstrin, sirup gula, dan bahan lainnya.
Untuk mendapatkan hasil
olahan yang baik perlu adanya penanganan pasca panen yang tepat, maka diperlukan
pedoman penanganan pasca panen, dengan adanya pedoman penanganan pasca panen
jagung diharapkan petani dapat melakukan penanganan pasca panen jagung secara
tepat sehingga dapat memperoleh jagung yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan sehingga
dapat memberikan nilai tambah yang signifikan kepada petani.
Penanganan
pasca panen jagung meliputi kegiatan berikut, yaitu pemanenan, pengupasan,
pengeringan jagung tongkol, pemipilan, pengeringan jagung pipilan, penyimpanan dan pengemasan serta pengolahan
jagung. Jagung
bertongkol adalah hasil panen tanaman jagung yang telah dikupas dibersihkan dan
dikeringkan. Jagung pipilan adalah hasil panen tanaman jagung yang telah dipipil,
dikeringkan dan dibersihkan. Pascapanen adalah semua kegiatan mulai dari panen
sampai dengan menghasilkan produk setengah jadi (intermediate product). Produk setengah jadi adalah produk yang
tidak mengalami perubahan sifat dan komposisi kimia.
Pemipil
Jagung
Dengan
adanya pedoman penanganan pasca panen jagung diharapkan petani dapat melakukan
penanganan pasca panen jagung secara tepat sehingga dapat memperoleh jagung
yang memenuhi persyaratan mutu dan kemanan pangan sehingga dapat memberikan
nilai tambah yang signifikan kepada petani.
Pemipilan
merupakan salah satu kegiatan dalam proses pasca panen jagung yang banyak
menyerap tenaga kerja dan biaya serta menentukan kualitas biji jagung. Proses pemipilan dapat
dilakukan dengan cara manual dan mekanis.
1.
Secara
Manual
Pemipilan secara manual mempunyai beberapa keuntungan,
antara lain persentase biji rendah dan sedikit kotoran yang tercampur dalam
biji. Kapaasitas pemipilannya sangat rendah yaitu 10-20 kg/jam/orang, sehingga
dibutuhkan waktu 8,33 hari untuk memipil satu ton jagung. Lamanya waktu
pemipilan menyebabkan penundaan proses selanjutnya, sehingga mempercepat
berkembangnya aflatoksin.
Pemipilan jagung dengan tenaga manusia dapat dilakukan
dengan tangan, tongkat pemukul, gosrokan
yang dilapisi karet ban,
ban sepeda motor, ban sepeda pancal, pemipil besi diputar, pemipil besi bergerigi dan alat
pemipil jagung sederhana lainnya. Pemipilan jagung dengan tenaga manusia
sebaiknya dilakukan pada tingkat kadar air 17%. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya peningkatan kerusakan mutu pada jagung.
Contoh: Alat Pemipil Jagung Dengan Paralon, Kaleng Bekas Susu
Untuk
meningkatkan pemipilan masih dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan
(ibu jari) tanpa alat bantu. Teknologi
tepat guna bisa juga dengan
memanfaatkan pipa bekas/paralon bekas
dan beberapa skrup sebagai alat pemipil jagung sederhana. Pembuatannya cukup mudah,
persiapkan pipa (paralon) 5-7 cm dengan diameter lebih besar sedikit dari
bonggol jagung, lubangi dengan baut kearah dalam pipa (4 baut atau lebih,
sesuai kebutuhan) dan alat pemipil jagung siap digunakan. Cara penggunaannya;
jagung dimasukkan jagung dengan cara diputar sehingga biji jagung akan terpisah
dengan sendirinya karena bantuan skrup yang ada di dalam pipa. Dengan cara manual pemipil biasanya membutuhkan waktu 8-10
menit/jagung sedangkan dengan menggunakan
alat ini hanya 2-3 menit/jagung. Harapannya dengan alat
sederhana ini akan membantu meningkatkan produktifitas masyarakat yang
mayoritas ialah petani jagung.
2.
Secara
mekanis
Pemipilan secara mekanis yaitu dengan menggunakan mesin
pemipil jagung (corn sheller). Keuntungan
dari penggunaan mesin adalah kapasitas pemipilan lebih besar dari cara manual.
Namun apabila cara pengoperasiannya tidak benar dan kadar air jagung yang di
pipil tidak sesuai, maka akan mempengaruhi viabilitas benih. Mesin pemipil
jagung telah banyak dihasilkan dan dikenal masyarakat namun banyak menghasilkan
jagung pipil untuk bahan baku pakan maupun pangan.
Pemipilan dengan tenaga mekanis umumnya dilakukan oleh
petani pada pusat-pusat produksi jagung, dengan cara menyewa mesin pemipil
tersebut. Pemipil jagung mekanis telah
banyak dibuat di Indonesia baik oleh industri alat pertanian skala besar maupun
oleh bengkel lokal di pedesaan. Mutu dan harga pemipil jagung buatan lokal
dapat bersaing dengan buatan industri alat pertanian. Harga sebuah pemipil
jagung mekanis tergantung pada merk dan buatan, kapasitas (0,1
– 2,0 ton jagung pipil/jam), serta penggunaan kipas
pembersih. Mesin pemipil jagung mekanis
biasanya digerakkan oleh motor diesel 5 PK untuk mesin tanpa kipas dan 7 PK
untuk mesin dengan kipas.
Selain menggunakan kedua cara diatas, kita juga dapat
menggunakan alat pemipil semi mekanis. Salah satu alat pemipil jagung semi
mekanis yang dapat digunakan adalah alat pemipil jagung sederhana model bangku.
Cara
pipil yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan oleh petani jagung, bisa
dilakukan dengan alat pemipil jagung tepat guna. Petani jagung bisa memilih
dengan menggunakan alat secara mekanis atau pun secara manual. Alat pemipil
jagung dibuat untuk mempermudah petani jagung dalam penanganan pasca panen
untuk mendapatkan hasil atau pendapatan lebih dari tanaman jagung. Dengan
keterbatasan, petani jagung pun bisa membuat alat pemipil jagung dengan bahan
dari sisa rumah tangga seperti paralon, kaleng susu, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menjadi nilai lebih dan menghasilkan.
Disusun dari berbagai sumber oleh:
DIANA CHOLIDA, SP.
PPL BPP Banyuurip
Penyunting:
KELIK DS.
PPL BPP Banyuurip
Penyunting:
KELIK DS.
PPL BPP Banyuurip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar