Ø PENDAHULUAN
Sawi putih termasuk dalam Famili Brassica, berasal dari daerah beriklim sedang, sudah mengalami perkembangan teknologi melalui peyeleksian dan kini sudah dihasilkan jenis baru. Berdasarkan pada tipe bentuk dan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Bisa membentuk krop : toleran panas dan cepat produksi.
2. Tidak membentuk krop : toleran dingin tetapi masa pertumbuhannya agak lama.
Ø TANAH
Sawi putih termasuk dalam sayuran yang sistem perakarannya dangkal, tidak tahan kering dan tidak suka terendam air, sehingga cocok dibudidayakan di tanah berpasir dengan drainase yang baik.
1.Pembibitan,
Pembibitan secara tradisional adalah persemaian biji dengan menggunakan bedeng persemaian , dengan jarak tanam perbatang 6 cm, dalam waktu 7-20 hari sudah bisa dipindahkan. Sistem pembibitan yang baru adalah dengan menggunakan plug. Dengan cara ini prosentase tanaman hidup pada saat dipindahkan bisa mencapai 100 %. Pada masa pertumbuhan bibit seminggu sekali diberi larutan urea dengan dosis 2 gr perliter air (diencerkan 500 kali), disiramkan sekali untuk meningkatkan pertumbuhan. Pada musim hujan perlu diberi naungan misalnya dengan menggunakan jaring untuk menurunkan tingkat kerusakan daun akibat hujan dan menekan serangan serangga.
2. Penggunaan pupuk
Penggunaan
|
Pupuk NPK
|
Urea
|
P. dasar
|
500 kg/ha
| |
P. susulan I
|
300 kg/ha
| |
P. susulan II
|
80 kg/ha
|
3. Pengolahan Tanah.
Tanah dibajak dengan menggunakan rotary sampai daun lunak mendapatkan tanah bestruktur gembur, kemudian diratakan. Sebelum tanah diratakan gunakan pupuk dasar yang dicampur dengan humus dalam tanah. Selanjutnya buat bedengan dengan tinggi 20-30 cm, lebar 130-150 cm. Dalam satu bedengan ditanam dua baris, jarak tanam perbatang 40-50 cm.
4. Pemupukan
Dalam 1 ha diperlukan pupuk susulan sebanyak 10.000 kg, Nitrogen 160-200 kg, Phospor murni 120-160 kg, Kalium 100-140 kg, dan pupuk organik sebagai pupuk susulan dengan penggunaan dapat dilihat pada tabel.
5. Penanganan lainnya
Oleh karena sawi putih adalah sayuran berakar dangkal, tidak tahan kering dan tidak suka kondisi tergenang, maka selama masa pertumbuhannya drainase lahan harus diperhatikan. Penanaman saat musim hujan harus diperhatikan juga sistem pembuangan air. Pemberantasan gulma harus dilakukan seawal mungkin.
6. Hama Penyakit dan Penanganannya.
a. Soft Rot :
Disebabkan karena suhu yang tinggi dan banyak hujan, kondisi terparah akibat penyakit ini adalah bagian batang dan daun lunak, lembab, busuk dan berbau.
Cara penanganan : belum ada pestisida yang efektif , namun dapat dicegah dengan melakukan rotasi tanaman, memilih varietas yang tahan terhadap hama penyakit , sistem pembuangan air (drainase) di lahan yang baik, memberantas serangga (spodoptera litura fabicus) untuk menghindari masuknya penyakit dari luka yang ditimbulkan.
b. Downy Mildew
Terdapat bintik-bintik membentuk garis hijau kuning yang tidak jelas pada daun yang sakit, ada jamur putih pada punggung daun , selanjutnya akan berkembang menjadi bintik-bintik tidak beraturan ,dari daun bawah keatas layu.
Cara penanganan : dapat menggunakan fungisida berbahan aktif Mancozeb atau klorotalonil sesuai dengan dosis yang diajurkan, disemprotkan 1 kali seminggu. Pengunaan obat dihentikan 1 minggu sebelum anen.
c. Dimandback Moth :
Banyak terjadi dimusim dingin , meskipun ukuran serangga ini kecil tapi mampu berkembang biak dengan sangan cepat.
Cara penanganan : dapat menggunakan larutan Marathion atau larutan Deltamrthrin. Kedua larutan ini harus digunakan secara bergantian,jangan menggunakan satu macam larutan secara terus menerus, untuk menghindari timbulnya resistensi obat. Penggunaan obat dihentikan satu minggu sebelum panen.
d. Armyworm.
Dapat menyebabkan produksi kehilangan nilai jualnya. Selain itu luka yang ditimbulkan bisa menimbulkan penyakit lainnya.
Cara penanganan : sama dengan point c.
PANEN
Sawi putih bisa dipanen saat kropnya sudah padat, yaitu apabila ditekan sudah keras.
Oleh: Sri Lastuti, SP.
(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar