Mengenal lebih jauh Tyto alba / Serak Jawa
Tyto alba merupakan spesies burung berukuran
besar (34 cm), mudah dikenali sebagai burung hantu putih. Wajah berbentuk
jantung, warna putih dengan tepi coklat. Mata menghadap kedepan, merupakan ciri
yang mudah dikenali. Bulu lembut, berwarna tersamar, bagian atas berwarna kelabu
terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu. Ada
tanda mengkilat pada sayap dan punggung. Bagian bawah berwarna putih dengan
sedikit bercak hitam, atau tidak ada. Bulu pada kaki jarang-jarang. Kepala
besar, kekar dan membulat. Iris mata berwana hitam. Paruh tajam, menghadap kebawah, warna
keputihan. Kaki warna putih kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir
sama dalam ukuran dan warna meski betina seringkali lebih besar 25%. Betina dan
hewan muda umumnya punya bercak lebih rapat (https://id.wikipedia.org/wiki/Serak_jawa).
Burung spesies Tyto alba sering pula Barn Owl atau Serak
Jawa. Persebaran burung jenis ini meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina,
Laos, Burma, Cina, Thailand, Bahama, Dominika, dan Grenada. Habitat aslinya
adalah wilayah hutan. Jenis burung hantu ini biasanya membuat sarang pada
pohon-pohon kayu besar yang berlubang atau pepohonan yang tinggi. Namun, jenis
burung hantu ini juga sering hidup dan membuat sarang di bangunan-bangunan tua,
menara masjid, gereja, ataupun gudang. Salah satu faktor yang menjadikan jenis
burung hantu ini suka hidup dan bersarang di dekat hunian manusia adalah karena
ketersediaan bahan makanan sepanjang tahun.
Keunggulan Burung Hantu Tyto alba
Ciri-ciri burung Tyto
alba terutama terlihat pada warna bulunya. Bulu sayap bagian atas dan
punggung berwarna kelabu agak kekuning-kuningan berbecak halus. Sedangkan bulu
bagian bawah sayap, dada, dan perut terdapat bintik-bintik hitam di antara
bulu-bulu yang berwarna putih, baik pada burung yang betina maupun yang jantan.
Pada saat butung hantu Tyto alba ini
masih muda, warna bulunya terlihat lebih tua dan gelap. Ciri lain dari jenis
burung hantu ini dalah piringan wajah berwarna putih dan melebar berbentuk
hati.
Burung Tyto alba
memiliki bola mata berwarna hitam dan iris mata berwarna cokelat gelap. Arah
mata menghadap ke depan. Paruhnya bengkok dan kuat sebagaimana burung
pemangsa daging lainnya. Paruh dan kakinya berwarna kuning kotor. Kaki berbulu
dan jari-jarinya berkuku tajam sehingga memiliki daya cengkeram yang kuat.
Jenis burung hantu ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 25 cm - 35 cm.
Ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan yang jantan. Bentangan
sayapnya mencapai 24 cm - 26 cm dan bobot badannya dapat mencapai 450 g - 600
g.
Makanan spesifik butung Tyto alba adalah jenis tikus. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa kotoran burung Tyto alba 99%
adalah tikus, sedangkan yang 1% adalah serangga. Burung Tyto alba memiliki kemampuan berburu tikus sangat tinggi, tangkas
dan cekatan. Di samping itu, burung Tyto
alba juga mampu menyambar dan mengejar tikus di atas tanah dengan cepat dan
tepat.
Burung Tyto alba
mampu mengkonsumsi 2-3 ekor perhari dan mampu berburu tikus melebihi jumlah
yang dimakannya. Daya penglihatan dan pendengarannya pada malam hari sangat
tajam. Burung hantu Tyto alba mampu
mendengar suara (cicitan) tikus pada jarak 500 m. Penglihatan burung hantu Tyto alba sangat tajam karena ia
memiliki sinar infra merah sehingga mampu melihat dengan jelas pada malam hari
yang gelap. Disamping itu, burung hantu Tyto
alba juga memiliki bulu yang di lapisi lilin sehingga ketika terbang
menyambar tikus tidak bersuara.
Burung Tyto alba
memiliki kawasan berburu yang tetap dan teratur. Ia tidak akan meninggalkan
kawasan perburuannya selama di tempat tersebut masih ada tikus. Burung Tyto alba mempunyai daya jelajah terbang
sejauh 12 km. Walaupun begitu, burung Tyto
alba tetap setia pada kandangnya selama kandang tersebut masih dirasa aman.
Faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi cepatnya
penyebaran burung Tyto alba adalah
sebagai berikut:
- Burung Tyto alba termasuk binatang berumah satu (monoceus) yang mengasuh anak-anaknya hingga dewasa. Setelah dewasa anak burung hantu akan pergi meninggalkan induknya untuk mencari pasangan dan sarang baru.
- Burung hantu Tyto alba mampu berkembang biak dengan cepat dan mampu bertahan hidup selama 4,5 tahun.
- Populasi burung hantu Tyto alba terjadi seiring dengan ketersediaan tikus. Apabila populasi tikus berkembang cukup tinggi, maka populasi burung Tyto alba akan ikut meningkat.
- Burung Tyto alba menempati sarang selama 3-249 hari atau mengikuti daur hidup alam.
Mengapa Burung Tyto alba Perlu
dibuatkan Rumah Burung Hantu (Rubuha)
- Burung hantu tidak bisa membuat sarang sendiri
- Mempunyai sifat burung berumah satu
- Tempat untuk mengintai mangsanya (Tikus)
- Kalau tidak dibuatkan sarang buatan, burung tersebut akan bersarang pada tempat yang tidak terkontrol, sehingga telur/anak akan mudah jatuh
- Sesuai habitatnya burung hantu biasanya akan bersarang di gedung, dipohon rindang atau berlobang dan tidak dilindungi/liar. Sehingga seseorang atau pemburu akan mudah mengambil/menembak burung tersebut dan akibatnya populasi burung hantu akan berkurang
- Cara memburu mangsanya tidak tertuju pada hamparan lahan sasaran yang diinginkan
- Secara intensif perlu dikembangkan RUBUHA
Pembuatan Rubuha
Rumah burung hantu atau yang dikenal dengan Rubuha,
umumnya sama dengan rumah burung pada umumnya, hanya pada rubuha lebih spesifik
memiliki ruangan dalam yang gelap, terhindar dari cahaya luar, untuk kenyamanan
burung hantu di siang hari, karena burung hantu merupakan hewan malam hari.
Bahan dan alat:
- Kayu Papan / Tripleks Tebal
- Kayu Palet
- Lembaran Talang air
- Pralon (untuk tiang penyangga)
- Pasir & Semen
- Besi cor
- Paku
- Alat-alat pertukangan
Cara Kerja:
Potong tripleks sesuai ukuran-ukuran yang dibutuhkan
Rangkai potongan-potongan tersebut, perkuat dengan kayu palet pada
sudut-sudutnya.
Buat tiang penyangga menggunakan pralon yang diisi beton cor.
Rangkaikan rubuha pada tiang penyangga dan siap dipasang di lokasi.
Pembuatan Rubuha tidak terpaku pada model yang
dicontohkan, akan tetapi ukuran-ukurannya tetap dibuat sesuai atau tidak
berbeda jauh. Dan yang perlu diperhatikan adalah adanya ruangan sebelah dalam
yang gelap, tidak terkena sinar matahari langsung sebagai tempat istirahat
burung hantu di siang hari.
Pemasangan di Areal Persawahan
Rubuha dipasang menggunakan penyangga dari cor agar
lebih awet, dengan ketinggian 4-6 m dari permukaan tanah.
Silakan berkreasi dan ayo kita kembangkan pertanian
yang ramah lingkungan.
(Dari berbagai sumber).
Kelik DS.
PPL BPP
Banyuurip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar