Jagung
merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat selain padi dan gandum. Karena kandungan
karbohidratnya,
jagung dijadikan sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Tidak
hanya sebagai makanan pokok, jagung juga banyak diolah menjadi berbagai macam
olahan seperti minyak jagung, sebagai bahan dasar untuk membuat tepung maizena, bahan
kosmetik dan juga dijadikan sebagai pakan ternak.
Sejak
dahulu sudah banyak petani yang membudidayakan jagung, dalam budidaya jagung memang
tidak memerlukan persyaratan khusus, Namun untuk dapat tumbuh dengan baik
dan mendapatkan hasil yang optimal tanaman jagung membutuhkan unsur hara yang
cukup selama masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, pemupukan sangat dibutuhkan
sebagai faktor penentu keberhasilan budidaya jagung untuk menyediakan semua
unsur hara yang dibutuhkan.
Manfaat
unsur hara bagi tanaman jagung
1. Nitrogen
(N)
a. Membuat
tanaman tumbuh lebih hijau dan segar;
b. Memacu
pertumbuhan tanaman, baik tinggi, jumlah cabang atau jumlah anakan pada tanaman;
c. Membuat
kandungan protein hasil panen menjadi lebih meningkat.
2. Fosfor
(P)
a. Akar
akan tumbuh dan terbentuk dengan baik;
b. Mempercepat
pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji;
c. Meningkatkan
komponen hasil panen tanaman biji-bijian;
d. Meningkatkan
kualitas benih dan biji.
3. Kalium
(K)
a. Membuat
tanaman tumbuh lebih tegak dan kokoh;
b. Daya
tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit meningkat;
c. Pembentukan
gula dan pati meningkat;
d. Hasil
panen menjadi lebih tahan selama pengangkutan.
4. Sulfur
(S)
a. Meningkatkan
kualitas hasil panen dengan memperbaiki warna, rasa, aroma, dan besar biji;
b. Membuat
tanaman lebih hijau.
Metode
penambahan unsur hara
yang
kita lakukan sangat berpengaruh untuk pertumbuhan dan panen jagung yang dihasilkan. Jika kita
melakukan pemupukan yang tepat, maka panen yang dihasilkan akan optimal.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan saat melakukan penambahan unsur hara
adalah waktu, jumlah,
cara,
jenis,
dosis
dan tempat.
Selain
pemupukan dasar, pemupukan susulan
dilakukan
35 hari setelah tanam. Pemupukan dasar dengan dosis 75 kg Urea, 150 kg NPK Phonska, dan 500 kg Pertoganik untuk tiap
hektar. Pemupukan susulan diberikan
dengan dosis 250 kg Phonska dan 150 kg Urea untuk setiap hektar.
Pemberian
pupuk ini dengan cara ditugal disamping benih dalam baris tanaman dengan jarak
5 - 10 cm kemudian ditutup dengan tanah atau pupuk organik. Pupuk yang
diberikan disamping masing-masing tanahan ini bertujuan agar menghindari terjadinya
kompetisi antar tanaman.
Pemupukan pada lahan harus dilakukan
dengan berimbang dan memperhatikan kearifan lokal:
1.
Memanfaatkan hara alami
dari tanah, sisa tanaman dan bahan organik;
2.
Pemupukan berfungsi untuk
memenuhi kekurangan hara;
3.
Menggunakan pembanding dengan bagan
warna daun (BWD);
4.
Pemupukan berdasarkan
responsif
hasil tanaman;
5.
Pemupukan berdasarkan
hasil kajian rekomendasi pemupukan (lahan sawah atau lahan kering).
Contoh Penggunaan BWD Sebagai Pembanding
Warna daun pada skala < 3,5 menunjukkan kekurangan unsur N
|
Warna daun pada skala < 4,5 menunjukkan kekurangan unsur
N
|
Disusun dari berbagai sumber oleh:
NOORMIA SATYAPENI, SP.
PPL BPP Banyuurip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar