Kesadaran petani semakin tinggi akan bahaya dan pengaruh negative padi penggunaan pestisida kimia, baik itu terhadap manusia ataupun lingkunga. Resurgensi hama, resistensi hama, munculnya hama kedua serta terbunuhnya musuh alami merupakan beberapa dampak negative dari penggunaan pestisida kimiayang kurang bijaksana.
Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang bertumpu pada penggunaan pestisida yang ternyata dapat menimbulkan masalah antara lain resurgensi, resistensi, timbulnya hama sekunder, residu pada hasil pertanian, pencemaran lingkungan hidup, dan kesehatan masyarakat.
Penerapan PHT didasarkan pada pendekatan ekologi, ekonomi, social dan budaya dengan tujuan mengendalikan populasi atau intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sampai tingkat yang tidak menimbulkan kerusakan ekonomis, menjamin produksi pada taraf tinggi, menhindari residu pestisida, dan menjamin keberlanjutan produksi. Strategi PHT adalah dengan mengutamakan peran lingkungan sebagai factor pengendali alamiah dan memprioritaskan pemanfaatan dan pelestarian musuh alami.
Agensi hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies, atau varietas dari semua jenis serangga, nematode, protozoa, cendawan, bakteri, virus, mikroplasma, serta organisme lain yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk kepentingan pengendalian OPT dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluan lainnya (Permentan no 411 Tahun 1995).
Sejalan dengan tujuan dan penerapan PHP Gapoktan Tani Mandiri bekerja sama dengan Laboratorium PHP (Pengendalian Hama Penyakit) Temanggung mengadakan pelatihan pengembangan agensi hayati pada Hari Rabu, 17 Februari 2021 Di sekretariat Gapoktan Tani Mandiri Desa Surorejo Kecamatan Banyuurip. Kegiatan ini diikuti oleh 22 orang peserta yang merupakan perwakilan dari Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani yang ada di desa tersebut. Sumber dana merupakan swadaya dari Gapoktan Tani Mandiri dan Bantuan dari Laboraturium PHP Temanggung berupa isolate sebanyak 12 tabung reaksi.
Dalam sambutannya Kepala Desa Surorejo (Margino) menyampaikan ucapanterima kasih kepada BPP Banyuurip dalam hal ini PPL Banyuurip yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Harapannya dengan dilaksanakan kegiatan pelatihan ini petani di Desa surorejo lebih menyadari akan bahaya penggunaan pestisida kimia kemudian perlahan-lahan mau beralih menggunakan pestisida alami salah satunya dengan agensi hayati.
Narasumber dalam kegiatan pelatihan Pengembangan Agensi hayati ini adalah dari PPL Desa Surorejo (Noormia Satyapeni), POPT Kecamatan Banyuurip (Ismiyati) dan POPT dari Laboraturium PHP Temanggung (Taufik Sholeh). Materi yang disampaikan adalah Pengembangan bakteri Phaenibacillus polymyxa, dilanjutkan praktik perbanyakan bakteri paeni dari Ekstrak Kentang Gula (EKG), praktik perbanyakan Metabolit Sekunder (MS) APH Bakteri Antagonis dari bahan rebusan daging keong mas dan MS APH Jamur Antagonis dari air cucian beras dan air kelapa.
Proses perbanyakan bakteri Phaenibacillus polymyxa menggunakan Ekstrak Kentang Gula (EKG) yaitu kentang sebayak 2 kg yang dikupas, dipotong, kemudian direbus kemudian diambil sarinya. Setelah dingin dimasukan ke dalam galon yang sudah dirangkai dan ditambahkan isolate. Proses pengembangan bakteri Phaenibacillus polymyxa selama 10 hari. Phaenibacillus polymyxa merupakan salah satu agensi hayati yang bersifat antagonis dan dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit tanaman. Yang paling utama adalah dapat mengandalikan penyakit BLB/Kresek pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.
Praktik selanjutnya adalah perbanyakan Metabolit sekunder (MS) APH Bakteri Antagonis menggunakan bahan 1 kg daging keong mas, 10 liter air, 5 sendok gula pasir. Dan Perbanyakan Metabolit Sekunder (MS) APH Jamur Antagonis menggunakan bahan 10 liter air cucian beras dan air kelapa sebanyak 1 liter. Bahan-bahan tersebut direbus kemudian diambil sarinya. Setelah dingin dimasukan ke dalam jerigen yang sudah dirangkai dan ditambahkan isolate. Adapun perlakuan dengan digoyang-goyang selama setidaknya 5 menit sehari selama 10 hari. Fungsi dari Metabolit Sekunder hamper sama dengan agensi hayati yang lain yaitu mengendalikan penyakit pada tanaman padi.
Peserta pelatihan terlihat antusias dan penuh semangat dalam mengikuti kegiatan ini, terlihat dari keseriusan mereka dalam mengikuti seluruh rangkaian acara dan banyaknya pertanyaan yang disampaikan selama mengikuti kegiatan. Sebagai rencana tindak lanjut, masing-masing kelompok Tani akan membuat agensi hayati ini secara terus menerus.
Disusun oleh:
Noormia Satyapeni, SP.
PPL BPP Banyuurip