A. Revolusi Industri 4.0
Perkembangan industri tidak dapat dipisahkan dari segala kegiatan umat manusia di berbagai bidang kehidupan. Lonjakan teknologi industri secara massif dikenal dengan istilah revolusi industri. Istilah revolusi industri semula ditemukan dalam surat seorang utusan Prancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli 1799, di mana dia menuliskan bahwa Prancis telah memasuki era ‘industrialise’, dalam buku berjudul “Keywords: A Vocabulary of Culture and Society”.
Revolusi industri 1.0 terjadi ketika ditemukan mesin uap yang menggantikan produksi barang menggunakan tenaga manusia atau hewan. Revolusi industri 2.0 atau revolusi teknologi dimulai saat dimanfaatkannya energy listrik dan conveyor belt dalam industri perakitan masal di pabrik-pabrik. Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimulainya revolusi industri 3.0, seiring penggunaan komputerisasi dan robot dalam berbagai lini industri. Sekarang kita telah memasuki era revolusi industri 4.0, dimana penggunaan computer dan internet telah menuju ke level selanjutnya, yang menggiring segala sisi kehidupan kearah otomatisasi berbasis data atau Internet of Things (IoT). Tren ini mengubah paradigma berbagai bidang kehidupan, termasuk ekonomi, dunia kerja, pendidikan, kesehatan, pola konsumsi, hingga gaya hidup. Kecerdasan buatan (AI), robot, drone, big data analysis, internet banking, teleconversation dan hal lain telah menjadi sesuatu yang lumrah kita temui dalam kehidupan saat ini.
B. Pertanian 4.0
Dibidang pertanian, dengan adanya Internet of Things (IoT), pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia secara tradisional, dapat dimudahkan dengan bantuan mesin yang terintegrasi melalui internet. Pengumpulan dan pengolahan data dapat dilakukan secara real time, sehingga tindakan budidaya dapat dilakukan secara optimal dan menghasilkan output maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas.
Indonesia saat ini masih mengalami bonus demografi, artinya jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk yang berusia non-produktif. Hal ini menyebabkan penetrasi revolusi industri 4.0 dibidang pertanian belum terlalu mendesak untuk dilakukan, karena Indonesia tidak/belum mengalami krisis tenaga kerja dibidang pertanian. Akan tetapi beda ceritanya 10-20 tahun kedepan, dimana sector pertanian bukan lagi menjadi bidang yang seksi untuk digeluti generasi muda yang ada di usia produktif.
Lain halnya dengan bangsa-bangsa di eropa yang telah mengalami bencana demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif tidak sebanyak penduduk diusia non-produktif. Hal ini secara tidak langsung mendorong bangsa-bangsa eropa untuk mengembangkan smart farming atau precision agriculture. Teknologi ini merujuk pada konsep penerapan teknologi informasi dan komputerisasi pada bidang pertanian. Tujuan utamanya adalah penerapan teknologi dalam upaya optimalisasi pada peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi pemanfaatan sumber daya.
C. Pertanian 4.0 Di Indonesia
Revolusi industri 4.0 belum begitu berhasil untuk diterapkan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Sumberdaya manusia
Pelaku pertanian di usia produktif, sebagian besar berusia diatas 40 tahun, dimana 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara sekolah dasar atau dibawahnya. Tingkat pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengelolaan pertanian tidak berkembang. Petai hanya melakukan kegiatan pertanian berdasarkan pengalaman yang selama ini dilakukan, tanpa melakukan inovasi terbaru demi peningkatan hasil.
2. Kondisi lahan yang semakin terbatas
Penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia yang belum merata, menyebabkan penurunan luas lahan pertanian di pulau-pulau padat penduduk, sementara di pulau-pulau lain masih banyak lahan tidur atau lahan yang belum termanfaatkan oleh masyarakat terutama di daerah pedalaman.
Dilain pihak, lahan di suatu wilayah padat penduduk menjadi wilayah strategis menjadi rebutan dengan harga mahal, sehingga banyak terjadi konversilahan pertanian menjadi lahan kering. Kepemilikan lahan oleh petani juga rata-rata kecil, bahkan banyak petani yang tidak memiliki lahan, dan hanya bias menggarap lahan milik pemodal besar dengan sistem bagi hasil.
3. Teknologi belum sepenuhnya dapat diterima pelaku usahatani
Proses alih teknologi dari tradisional menjadi modern dibidang pertanian masih mengalami kendala. Banyak petani lebih memilih menggunakan teknologi atau peralatan tradisional disbanding peralatan terbaru nan canggih. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pemahaman petani dalam menerima informasi dan inovasi dalam budidaya pertanian, selain faktor keterbatasan biaya dalam hal pengadaan alat inovasi tersebut.
Revolusi industri 4.0 sebenarnya memiliki banyak potensi untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan hasil pertanian bila bangsa Indonesia tidak ingin tertinggal dari bangsa lain, dan mempertahankan predikat sebagai lumbung pangan dunia. Istilah pertanian 4.0 mengacu pada kegiatan pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artifisial (AI) untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien dan berkelanjutan. Sedangkan ruang lingkup yang dimaksud pertanian 4.0 meliputi:
1. On-farming
Yang dimaksud disini adalah pengelolaan pertanian yang presisi. Mulai dari menghasilkan benih unggul berbasis bioinformasi, penggunaan smart tracktor dalam pengolahan lahan, pengairan dan pemupukan yang tepat jumlah dan dosis dengan bantuan robot, panen tepat umur dan ukuran, hingga pengemasan dan distribusi yang terkomputerisasi.
2. Off-farming
Tidak hanya berbicara mengenai budidaya di lahan pertanian, pertanian 4.0 juga berbicara mengenai sistem logistic yang berperan dalam kegiatan pertanian, sehingga rekam jejak produk dari hulu hingga hilir dapat terlacak secara tepat mengenai sumber benih, perlakuan yang diterapkan, kandungan-kandungan dalam produk hingga rekam jejak pelaku usahatanipenghasil produk. Sehingga produk yang dihasilkan dapat terjaga kualitas dan kuantitasnya hingga ke tangan konsumen.
3. Digital marketplace
Pasar digital telah semakin menjadi pilihan bagi konsumen. Produk-produk industri banyak dijual melalui pasar digital, tidak terkecuali produk pertanian. Konsumen tidak hanya membeli produk pertanian melalui smartphone, tetapi juga tertarik mengetahui asal usul produk, bahkan sekarang konsumen mulai dilibatkan dalam kegiatan pertanian dengan dibukanya keran investasi melalui sistem pertanian 4.0.
Revolusi industri 4.0 atau dalam hal ini pertanian 4.0 tidak dapat dipungkiri telah masuk dalam sendi-sendi kegiatan pertanian dewasa ini. Hal ini tidak dapat dihindari, karena keadaan juga lambat laun menuntut adanya penetrasi digitalisasi dibidang pertanian. Dalam 10-20 tahun kedepan, kita akan mengalami kekurangan petani usia muda, karena mayoritas petani produktif yang ada saat ini telah berusia lebih dari 40 tahun. Dilain pihak, keluarga petani berusaha memberi pendidikan yang maksimal kepada anak-anaknya agar kelak mereka tidak menjadi petani, karena menganggap kegiatan di bidang pertanian kurang menjanjikan dengan faktor risiko yang cukup tinggi. Di titik ini pemanfaatan teknologi pertanian 4.0 menjadi sebuah keniscayaan sebagai jalan keluar terbaik.
Meskipun pertanian 4.0 banyak memiliki manfaat baik bagi pelaku usahatani maupun konsumen, dan pemerintah sudah memulai rancangan strategi yang engarah kesana, namun disisi lain masih ada kendala dalam pelaksanaannya, antara lain:
1. Infrastruktur
Internet of Things (IoT) memerlukan akses internet yang baik dan stabil dalam pelaksanaannya, sementara, dengan beragamnya wilayah geografis di Indonesia, sayangnya hal ini masih sulit untuk diwujudkan secara merata. Infrastruktur yang lain yaitu akses jalan bagi transportasi masih terus dikembangkan oleh pemerintah mulai pembangunan jalan tol hingga jalan-jalan kecil di pedesaan, agar semua titik dapat terkoneksi dengan kendaraan, sehingga lalulintas barang baik itu bahan mentah maupun barang produksi tidak terkendala untuk memastikan ketersediaan secara kualitas maupun kuantitas.
2. Biaya
Tidak dipungkiri, peralatan teknologi canggih tentu mahal harganya, sehingga penerapannya di beberapa wilayah pertanian atau perkebunan dengan lahan luas, teknologi ini kurang menarik untuk diterapkan. Kecanggihan teknologi pertanian 4.0 telah diterapkan di beberapa lahan pertanian skala kecil yang berorientasi pada efisiensi lahan, terutama pertanian di perkotaan.
3. Sumberdaya petani kurang
Meskipun sasaran pertanian 4.0 adalah petani milenial, akan tetapi untuk memulainya diperlukan pengenalan teknologi ini kepada petani non-milenial atau dalam bahasa ringannya disebut petani kolonial, sebab saat ini petani di Indonesia masih didominasi oleh mereka yang berusia 40 tahun keatas dan berpendidikan setingkat SD atau dibawahnya. Mereka perlu dilibatkan sebagai jembatan alih teknologi, karena mereka berperan penting dalam kegiatan pertanian 5-10 tahun kedepan.
D. Digitalisasi Penyuluhan Pertanian
Kedepan suka atau tidak suka, kegiatan pertanian dengan segala kemajuan teknologinya akan dinakhodai oleh pemuda yang ada di generasi melenial. Estafet tanggung jawab akan diteruskan ke generasi selanjutnya yang memiliki kemampuan inovasi dan gagasan kreatif. Sejalan dengan itu, pembangunan karakter yang digaungkan oleh pemerintah menitikberatkan pada pengembangan sumberdaya manusia untuk menciptakan SDM unggul dan professional melalui berbagai pendidikan dan pelatihan dalam hal ini dibidang pertanian, untuk mengimbangi pesatnya teknologi informasi dibidang ini.
Pertanian 4.0 membutuhkan keterhubungan dan perpaduan kerjasama dari semua pihak dan pemangku kepentingan yang terintegrasi sehingga nantinya mampu menjadikan teknologi terkini sebagai sarana yang memudahkan kegiatan pertanian yang berorientasi pada produktivitas.
Salah satu subsistem yang bersinggungan langsung dengan kegiatan pertanian dan usahatani adalah lembaga penyuluhan pertanian. Untuk mengimbangi perkembangan pertanian 4.0 diperlukan sumberdaya manusia penyuluhan pertanian yang berkualitas. Kompetensi dan kapasitas penyuluh pertanian dalam mengidentifikasi potensi pertanian di wilayah kerjanya, pemilihan rekayasa teknologi tepat guna, hingga upaya menghasilkan produk yang berdaya saing sangat diperlukan dalam era pertanian 4.0.
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai peran penyuluh dalam pertanian 4.0, ada baiknya terlebih dahulu apa yang dimaksud penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat diluar bangku sekolah (non-formal) untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Ada empat fungsi penting dalam penyuluhan pertanian, yaitu:
1. Pembuka jalan bagi petani untuk mendapatkan kebutuhannya dibidang pertanian khususnya ilmu pengetahuan.
2. Penyuluhan pertanian merupakan jembatan antara praktik atau kegiatan yang dijalankan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang dan senantiasa dibutuhkan oleh petani.
3. Penyampai, pengusahaan dan penyesuaian program nasional dan regional agar dapat dilaksanakan oleh petani dalam rangka mensukseskan program pembangunan nasional.
4. Kegiatan pendidikan non-formal yang dilakukan secara terus menerus untuk mengikuti perkembangan teknologi yang dinamis dan masalah-masalah pertanian yang berkembang.
Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu menumbuhkan perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi petani terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan. Tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga kesejahteraan hidup petani terjamin. Tujuan pemerintah terhadap penyuluhan pertanian adalah: meningkatkan produksi pangan, merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan rakyat desa, mengusahakan pertanian yang berkelanjutan.
Unsur-Unsur Penyuluhan pertanian meliputi
1. Penyuluh pertanian, penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan dorongan dan pengarahan kepada petani agar mau mengubah cara berfikir, sikap dan perilakunya terhadap perkembangan teknologi.
2. Sasaran penyuluhan pertanian, sasaran penyuluhan pertanian adalah audiens yang akan diberikan materi penyuluhan.
3. Metode penyuluhan pertanian, metode penyuluhan adalah cara-cara yang digunakan pada saat dilakukan penyuluhan, yang bersifat mendidik, membimbing, dan menerapkan sehingga dapat mengubah pemahaman, sikap, dan perilaku petani agar dapat menolong dirinya sendiri (self help).
4. Media Penyuluhan pertanian, media penyuluhan adalah salurann yang menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani yang sedang mengikuti penyuluhan.
5. Materi Penyuluhan Pertanian, materi penyuluhan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian yang disamapaikan pada saat dilakukan penyuluhan.
6. Waktu Penyuluhan Pertanian, waktu penyuluhan merupakan waktu yang dipilih seorang penyuluh untuk melakukan pendekatan-pendekatan kepada petani.
7. Tempat Penyuluhan Pertanian. Tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh petani untuk melangsungkan kegiatan penyuluhan.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian adalah:
1. Apa yang harus dilakukan, apa yang akan kita lakukan pada kegiatan penyuluhan terhadap petani misalnya, menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat.
2. Di mana penyuluhan pertanian dilakukan, kegiatan penyuluhan semestinya dilakukan ditempat keluarga tani itu berada,misalnya tempat penjualan saprodi, rumah PPL, balai desa, tempat perkumpulan keluarga tani (kelompok tani, kelompok wanita tani,dll).
3. Bilamana kegiatan penyuluhan dilakukan, waktu yang dipilih untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan harus sesuai dengan keperluan dan kondisi sasaran.
4. Oleh siapa kegiatan penyuluhan dilakukan, penyuluhan dilakukan oleh seorang penyuluh pertanian yang prefesional baik PNS, tenaga honorer, swadaya, atau sukarelawan.
5. Bagaimana kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan, agar kegiatan penyuluhan memperoleh hasil yang maksimal maka harus memenuhi syarat sesuai keadaan sasaran, cukup dalam jumlah dan mutu, tepat mengenai sasaran dan waktunya, amanat harus diterima dan dimengerti, murah pembiayaan.
Kembali ke perpindahan teknologi pertanian 4.0, kendala yang dihadapi dalam proses transfer teknologi sebenarnya terletak pada SDM dan pemerataan teknilogi informasi. Sebenarnya kondisi petani di Indonesia telah berada di era 4.0, hal ini terlihat dari banyaknya informasi mengenai dunia pertanian yang mereka dapatkan dari berbagai media social yang mereka miliki. Hanya saja keinginan serta kemampuan mereka untuk ATM (amati, tiru dan modifikasi) teknologi tersebut masih sangat rendah. Disini diperlukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk memubuka wawasan serta merubah PSK (pengetahuan, sikap dan keterampilan) mereka.
Pelaku usahatani pedesaan masih nyaman melakukan kegiatan pertanian secara tradisional, karena masih terkendala beberapa hal, antara lain:
1. Kepemilikan lahan yang relative kecil, dari data yang terkumpul dalam kegiatan kartu tani diketahui bahwa rata-rata kepemilikan lahan petani hanya 0,2 Ha.
2. Kondisi lahan yang telah rusak akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
3. Kurangnya permodalan dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan keuangan dalam industri pertanian.
4. Lemahnya penguasaan teknologi dan inovasi.
5. Kesulitan penanganan paskapanen dan lemahnya kemampuan akses pasar.
Untuk mengatasi kendala tersebut perlu adanya sinergitas dan peran aktif dari berbagai pihak baik pemerintah, dalam hal ini penyuluh pertanian maupun petani sebagai komponen masyarakat sebagai pelaku usahatani.
Kesuksesan pertanian Indonesia dalam memasuki era pertanian 4.0 didukung oleh SDM penyuluh pertanian yang terbuka dan mampu menyerap dan menguasai informasi teknologi dan melakukan transfer informasi teknologi ke petani secara efisien.
Fungsi penyuluh pertanian di era pertanian 4.0 diharapkan dapat berperan untuk:
1. Transfer teknologi
Memiliki peran utama dalam mentransformasikan inovasi terbaru dibidang pertanian, baik bidang teknis, social maupun ekonomi kepada petani maupun sesame penyuluh dalam mewujudkan pertanian yang tangguh dan unggul.
2. Fasilitasi
Sebagai fasilitator informasi yang dibutuhkan oleh petani sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan petani meningkat sesuai kebutuhan.
3. Penasehat
Mengarahkan dinamika perorangan atau kelompok sehingga tercapai perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani menuju kemampuan petani secara individu maupun secara kelompok yang lebih baik.
Penyuluh pertanian berperan sebagai jembatan dalam kegiatan transfer teknologi dan inovasi dibidang pertanian kepada pelaku usahatani baik dibidang teknis, social dan ekonomi. Penyebaran informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media baik media cetak, elektronik, maupun media daring.
Dalam hal mendukung fungsi tersebut, penyuluh pertanian dituntut untuk dapat menguasai teknologi dan informasi. Informasi yang diperoleh tersebut harus dapat dengan cepat, benar dan dapat diterapkan dan dilaksanakan oleh petani. Dengan media daring penyuluh pertanian dapat melakukan penyuluhan berbasis internet sehingga informasi dapat diakses secara lebih mudah, murah dan cepat.
Untuk memfasilitasi hal tersebut pemerintah dalam hal ini Badan Litbang Pertanian mulai mengembangkan berbagai teknologi informasi berbasis internet yang bertujuan menjembatani petani dan penyuluh pertanian dalam memperoleh berbagai informasi yang diperlukan. Dengan adanya aplikasi ini berbagai informasi teknologi pertanian dapat dengan mudah untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemui di lapangan. Beberapa aplikasi tersebut antara lain:
1. Cyber Extension
Inovasi media atau mimbar penyuluhan yang dikembangkan oleh BPPSDM berisi tentang materi dan informasi memperlancar pertanian khususnya untuk membantu dan mempermudah kepada pelaku penyuluhan khususnya penyuluh pertanian baik PNS, Swasta maupun swadaya. Didalam cyber ektension penyuluh dapat melihat tentang Materi Penyuluhan, Materi Spesifik lokalita, Gerbang Daerah, dan kebijakan Penyuluhan. Pengguna dapat melihat aplikasi ini dengan membuka situs cybex.pertanian.go.id.
2. Katam (Kalender Tanam Terpadu)
Dalam aplikasi Katam terpadu ini penyuluh pertanian dapat memanfaatkan informasi waktu tanam yang tepat sesuai dengan kondisi iklim, dalam Katam dapat diperoleh informasi prediksi musim dan prediksi curah hujan, Informasi waktu tanam dan potensi luas tanam, Informasi wilayah endemik, rawan banjir, kekeringandan OPT padi, rekomendasi varietas, rekomendasi pemupukan dan rekomendasi alsintan. SI KATAM TERPADU dapat diakses melalui komputer dengan mengakses situs http://katam.litbang.pertania.go.id, ataupun melalui handphone dengan mengkases katam versi android dapat diunduh melalui google playstore.
3. LKP (Layanan Konsultasi Padi Indonesia)
Aplikasi berbasis web ini dikembangkan oleh IRRI (International Rice Research Institute) Indonesia dan PUSLITBANGTAN (BB Padi, BPTP), aplikasi ini ditujukan untuk para penyuluh dan teknisi pertanian lainnya untuk membantu petani mengetahui rekomendasi pengelolaan sawahnya baik irigasi maupun tadah hujan secara spesifik lokasi berbasis teknologi informasi. Situs ini dapat diakses melalui http://webapps.irri.org/id/lkp.
4. MyAgri (Sistem informasi Budidaya Tanaman Sayuran Berbasis Android)
Balai Penelitian Sayuran (BALITSA) dan Wagenin University & Reseaerch the Netherland mengembangkan perangkat lunak yang dirancang untuk pengguna telp pintar atau tablet berbasis android dengan cara mengunduhnya di play store. Dalam aplikasi ini dapat diperoleh informasi mengenai varietas sayuran, OPT tanaman sayuran, cara praktis budidaya tanaman sayuran, Alat Bantu Pupuk untuk menghitung kebutuhan pupuk tanaman sayuran berdasarkan luas lahan dan cara kerja pestisida dan pengelolaan pestisida yaitu informasi mengenai teknik penyemprotan pestisida pada beberapa komoditas tanaman sayuran dalam aplikasi ini juga dilengkapi tanya pakar, hasil penelitian, info harga sayuran, pascapanen dan info cuaca.
5. Takesi (Teknologi Android Kesehatan Sapi)
Takesi adalah aplikasi kesehatan sapi yang dikembangkan oleh BALIBANGTAN melalui unit kerjanya Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLIVET), dalam aplikasi ini akan didapat informasi mengenai penyakit dan gangguan reproduksi pada sapi indukan, Penyakit dan gangguan pada anak sapi, manajemen kesehatan sapi dan kontak ahli.
6. Pakar Kopi
Dikembangkan oleh BALITRI, berisi tentang tanya jawab tentang permasalahan kopi, didalamnya kita akan mendapatkan informasi mengenai budidaya kopi, konsul kopi dan konsul hama. Untuk memperoleh pakar kopi ini harus mengunduhnya melalui android di playstore.
Masalah utama dalam keberlangsungan teknologi informasi ini adalah ketersediaan komponen data sahih yang menjadi dasar materi penyuluhan pertanian atau dasar pemecahan masalah dibidang pertanian. Materi-materi penyuluhan yang ada saat ini masih banyak yang perlu diterjemahkan dari bahasa ilmiah menjadi bahasa popular agar pengguna dapat lebih memahami secara cepat dan tepat. Disini diperlukan penyuluh pertanian yang memahami teknologi terapan dan berperan sebagai contributor atau pemateri dalam berbagai media daring tersebut, karena penyuluh adalah mereka yang bersinggungan langsung dengan permasalahan dilapangan dan cara pemecahan masalahnya.
Perkembangan pertanian Indonesia dalam pertanian 4.0 bergantung pada besarnya dukungan penyuluh pertanian yang handal, professional, terbuka dan selalu bergerak maju bersama perkembangan teknologi informasi.
Disusun dari berbagai sumber oleh:
Kelik DS.
PPL BPP Banyuurip